PT. At Tayibah – Al Multazam Group

Kajian Harian (21 Muharam 1445)

Oleh : Rizky Sembada M.E,M.M,Mpsi.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم

INGATLAH HAKEKAT DAN TUJUAN KITA

Sahabat Fillah semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.Begitu cepat hari berlalu, masih hangat ingatan tahun berganti dan kini bulan haram hampir saja pergi. Saudaraku mumpung masih ada waktu,selagi masih ada kesempatan mari kita bersemangat dalam beramal kebajikan di bulan yang mulia ini.

Sebagaimana Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan surat at-Taubah ayat ke 36, beliau berkata:

في كلهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حراما، وعظم حرماتهن، وجعل الذنب فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم.

“(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) dalam seluruh bulan. Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan-bulan haram dan Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar. Demikian pula, Allah pun menjadikan amalan shalih dan ganjaran yang didapatkan didalamnya lebih besar pula” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26)

  • Hikmah di balik Bulan Muharam
    Dalam kalimat yang berwawasan luas ini Ibn Abbas (RA) mengarahkan perhatian kita pada pentingnya bulan-bulan suci dalam kalender Islam. Empat bulan yang dimaksud adalah bulan Dzul-Qa’dah, Dzul-Hijjah, Muharram, dan Rajab yang mana memiliki keutamaan yang berbeda diantara setiap bulannya. Bulan Muharam telah ditetapkan sebagai bulan-bulan “haram” di mana tindakan-tindakan tertentu dilarang dan kesucian mereka ditinggikan. Keutamaan khusus ini berfungsi sebagai pengingat akan penghormatan serta rasa hormat yang harus kita pegang dalam bulan-bulan ini.
  • Konsekuensi yang lebih besar dari kesalahan
    Ibnu Abbas (RA) juga menunjukkan aspek kritis dari bulan – bulan suci ini-konsekuensi dari melakukan tindakan dosa selama bulan-bulan tersebut diperkuat. Meskipun setiap dosa itu penting, terlibat dalam kesalahan selama bulan-bulan ini memiliki bobot yang lebih besar. Ini menyoroti perlunya peningkatan kewaspadaan dan pengendalian diri, serta kesadaran yang tinggi akan potensi dampak spiritual dari tindakan kita.
  • Imbalan yang Ditingkatkan untuk Perbuatan Baik
    Namun, Ibnu Abbas (RA) tidak hanya menekankan akibat dari tindakan negatif. Beliau juga mengingatkan kita bahwa pahala untuk melakukan perbuatan baik selama bulan-bulan suci ini akan diperbesar. Tindakan ibadah, amal, kebaikan dan usaha bajik lainnya akan disambut dengan berkah dan pahala yang lebih besar. Ini memberikan insentif yang menginspirasi bagi kita untuk percaya dan mendorong kita untuk terlibat dalam tindakan kebaikan selama bulan ini.
  • Kesimpulan:
    Dalam semangat kearifan Ibnu Abbas (RA), marilah kita memanfaatkan momen-momen tersisa di bulan suci ini untuk memulai perjalanan pertumbuhan spiritual dan peningkatan diri. Dengan menahan diri dari melakukan kesalahan dan secara aktif terlibat dalam tindakan kebajikan, kita dapat menghormati kesucian bulan-bulan ini dan menuai banyak pahala yang menanti kita. Semoga kita semua menemukan kekuatan dan dedikasi untuk memanfaatkan waktu yang baik ini sebaik-baiknya, dan semoga upaya kita diterima oleh Yang Maha Penyayang.

Maka, mari kita renungkan kembali hakekat dan tujan kita dan memanfaatkan moment di bulan-bulan spesial ini untuk memperbanyak ibadah kita demi mendapatkan pahala dan ridhodari Allah SWT.

INGATLAH SAUDARAKU “DIRI INI HANYA MUSAFIR YANG MENUMPANG BERTEDUH DI BAWAH POHON”

Sungguh Dunia ini hanyalah tempat yang penuh dengan senda gurau dan perhiasan permainan danlainya lainnya namun semua itu telah benar-benar melalaikan kita dari makna tujuan hidup yang sebenarnya.

Sungguh betapa begitu cepat hari akan berganti hari, Namun kita masih saja selalu merencanakan berbagai macam kegiatan yang tujuannya hanyalah berorentasi pada dunia semata.Kita sibuk menyiapkan masadepan anak anak kita,kita sibuk memikirkan hari tua kita,kemudian jauh jauh hari kita telah memikirkan rumah kendaraan sekolah yang tinggi buat anak anak kita. Namun kita lupa bahwa semua itu akan hikang sirna sekejab mata,dan kita justru lupa mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian kita. Allahuakbar Sungguh, tidak ada daya dan upaya,tak akan ada kekuatan selain dari-Nya semata.

Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda,

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا أَنَا وَالدُّنْيَا إِنَّمَا أَنَا وَالدُّنْيَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa urusanku dengan dunia ini? Sesungguhnya diriku dan dunia ini bagaikan seseorang yang tengah berjalan kemudian berteduh di bawah pohon. Lalu aku pergi meninggalkan (pohon tersebut).” (HR. Ibnu Majah)

Dalam hadis tersebut Rosulullah menjelaskan kepada kita bahwa kehidupan ini seperti perjalanan seseorang yang sedang beristirahat sejenak di bawah pohon, lalu melanjutkan perjalanannya lagi. Demikian pula dunia ini hanyalah tempat sementara bagi kita dan kita tidak boleh terlalu terikat kepadanya.

Maka, dalam perjalanan hidup ini kita harus menjaga keseimbangan antara memenuhi tanggung jawab duniawi yaitu berusaha untuk mencapai kesuksesan materi namun tidak lupa pada tujuan akhirat kita. Kita harus merenungkan pesan yang dalam dari Rasulullah (SAW) ini dan menjadikannya sebagai pedoman dalam mengarungi hidup. Semoga kita semua mampu mengendalikan hasrat dunia dan berupaya mempersiapkan diri untuk mencapai kebahagiaan abadi di kehidupan setelah kematian yaitu kehidupan akhirat.

 

BERSEGERALAH MENUJU ALLAH SEBELUM DATANG MUSIBAH

Dan ketahuilah sebuah hadist dari Abu Hurairah (RA) bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda,

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Muslim no. 118)

Dalam hadist itu menerangkan bahwa mengejar kehidupan yang bertujuan dan bermakna, penting untuk mengindahkan kebijaksanaan abadi yang ditemukan dalam ajaran Nabi Muhammad SAW. Di antara ajaran-ajaran mendalam yang beresonansi dengan inti keberadaan manusia adalah sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah (RA), di mana Rasulullah menghimbau orang-orang beriman untuk mempercepat amal saleh mereka sebelum dimulainya turunnya cobaan. Hadist ini memberikan panduan yang sangat berharga kepada kita untuk menghadapi tantangan hidup sambil tetap mempertahankan hubungan yang teguh anatra iman dan kebajikan.

Rasulullah menyamakan pentingnya melakukan perbuatan baik dengan saat-saat singkat di malam yang gelap. Beliau memperingatkan bahwa cobaan dan kesengsaraan akan menimpa umat manusia, seperti perjalanan cepat di malam yang gelap gulita. Sama seperti seseorang yang mungkin terbangun di pagi hari sebagai orang percaya tetapi mengakhiri hari sebagai orang yang tidak percaya, atau sebaliknya cobaan hidup dapat dengan cepat mempengaruhi iman seseorang. Metafora yang hidup ini menggaris bawahi pentingnya memanfaatkan peluang untuk tindakan bijak tanpa perlu menundanya, karena tidak ada yang bisa memprediksi cobaan yang akan terbentang di depan.

Dalam Hadits ini, Rasulullah menaruh perhatian pada bahayanya godaan duniawi yang dapat menyebabkan manusia mengkompromikan iman mereka. Rasulullah memperingatkan kita akan bahaya yang ditimbulkan oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan materi, yang dapat menyebabkan seseorang menukar keyakinan agamanya dengan keuntungan duniawi. Pesan ini berfungsi sebagai pengingat akan keseimbangan yang rapuh antara mengejar aspirasi duniawi yang sah dan menjaga keutuhan keyakinan seseorang.

Maka Rasulullah menganjurkan untuk “Bersegeralah menjalankan amalan sholih” (bersegera melakukan amal saleh) dan menjadi seruan yang jelas bagi umat yang beriman untuk secara proaktif melakukan perbuatan baik dan meningkatkan ketakwaan. Pentingnya menyegerakan perbuatan baik yang disampaikan dalam hadist ini mendorong kita untuk memanfaatkan waktu saat ini memperkuat hubungan kita dengan Allah dengan melakukan perbuatan baik dengan tanpa menundanya serta menguatkan iman dalam menghadapi tantangan hidup.

Relevansi abadi dari Hadits ini meluas ke zaman kontemporer di mana gangguan dan cobaan dunia dapat mengalihkan fokus seseorang dari tujuan akhir kehidupan. Di era yang ditandai dengan perubahan yang cepat, materialisme dan informasi yang berlebihan, seruan untuk memprioritaskan kebenaran dan iman semakin penting.

Untuk itu, sebagai umat yang percaya kita diingatkan oleh Rasulullah bahwa perjalanan hidup ditandai dengan cobaan dan peluang. Dengan segera menanggapi panggilannya untuk melakukan perbuatan baik, kita akan menjaga iman kita, memperkuat hubungan kita dengan Allah, dan tetap tabah dalam menghadapi kesulitan.

Semoga kita mengindahkan bimbingan Rasulullah dan memulai melakukan perbaikan diri dan pengabdian yang berkelanjutan, menghadapi tantangan dunia ini dengan tetap menjaga tujuan akhir kita yaitu akhirat, tetap terjaga.

Semoga Allah SWT. senantiasa memberikan petunjuk kepada kita semua dan senantiasa memberikan taufik serta hidayah untuk dapat menjalankan segala perintah perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan larangan-Nya…Aamiin.

Barokallahufikum, Jazaakumullaahu Khayran.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *